Kumpulan Hikmah & Hidayah

Kumpulan Hikmah & Hidayah

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ((QS ar-Rum: 41))

Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. ((HR. Muslim))

Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW Islam manakah yang paling baik? Rasulullah bersabda: Memberikan makanan, mengucap salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal. ((HR. Muslim))

Harta itu lezat dan manis, siapa yang menerimanya dengan hati bersih, ia akan mendapat berkah dari hartanya tersebut. ((HR. Muslim))  

Apabila Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang hendaknya dia pergunakan pertama kali untuk dirinya dan keluarganya. ((HR. Muslim)) 

Buta yang paling buruk ialah buta hati. ((HR. Asysyihaab))  

Apabila seseorang mengafirkan temannya, maka ucapan (yang mengafirkan) itu benar-benar kembali kepada salah seorang di antara keduanya (yang mengatakan atau yang dikatakan). ((HR. Muslim))

Sebaik-baik menjenguk orang sakit adalah berdiri sebentar (tidak berlama-lama) dan ta'ziah (melayat ke rumah duka) cukup sekali saja. ((HR. Ad-Dailami))

Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis. ((HR. Bukhari))

Rasulullah SAW bersabda:"Tidak akan masuk neraka orang yang shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya, yakni shalat subuh dan ashar." ((HR. Muslim))

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ((QS Al-Baqarah: 39))

Laknat Allah bagi penyuap dan yang menerima suap. ((HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi))

Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing tanpa memberinya makanan atau melepaskannya mencari makan dari serangga tanah. ((HR. Bukhari))

Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. ((QS.Al-Baqarah [2]:48))

Barang siapa yang mentaatiku berarti ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang mendurhakai perintahku, maka berarti ia telah mendurhakai Allah. Barang siapa yang mematuhi pemimpin berarti ia telah mematuhiku dan barang siapa yang mendurhakai pemimpin berarti ia telah mendurhakaiku ((HR. Muslim))

Hati orang yang sudah tua dapat menjadi lupa akan usianya bila ia terlalu mencintai hidup dan harta bendanya. ((HR. Muslim))

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. ((QS. At Taubah ( 9:20))

Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berdusta mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka ia akan masuk neraka. ((HR. Muslim))

Apabila Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang hendaknya dia pergunakan pertama kali untuk dirinya dan keluarganya. ((HR. Muslim))

Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. ((QS. An Nisa 4 : 29))

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. ((QS. Al-Baqarah [2[:82))

Sebaik-baik menjenguk orang sakit adalah berdiri sebentar (tidak berlama-lama) dan ta'ziah (melayat ke rumah duka) cukup sekali saja. ((HR. Ad-Dailami))

Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian. Barang siapa yang membenci ayahnya berarti ia kafir. ((HR. Muslim))

Sesungguhnya Kami telah mengutus (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. ((QS.Al-Baqarah [2]:119))

Menguap adalah dari setan. Karena itu, apabila salah seorang dari kalian menguap, tutuplah serapat mungkin karena ketika salah seorang dari kalian berkata ‘huah’ (pada saat menguap), setan akan menertawakannya". (HR Bukhari)

Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya. ((HR. Muslim ))

Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman. (HR Muslim)

 Hai Bani Israil, ingatlah akan nimat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (QS. Al-Baqarah [2]:122)



Pengertian Dan Penjelasan Teknik Berbicara

TEKNIK BERBICARA
Berbicara sebagai keterampilan dasar manusia dalam berkomunikasi sering kita bahas, namun sangat sedikit yang mengulas bagaimana cara mendengar yang baik.

Rosulullah-pun mengingatkan, barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah dengan kata-kata yang baik ataupun lebih baik diam. Alasannya masuk akal, sebab kata-kata kita kelak akan dipertanggungjawabkan (QS. 50:18), sehingga kita senantiasa dituntut untuk berhati-hati dalam berbicara dan bahkan nabi Musa AS ketika berhadapan dengan Firaun mengungkapkan doa : “…dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku (QS. 20 : 27-28).

Sedangkan mendengar hampir sulit bisa dilakukan oleh kebanyakan orang, padahal dengan mendengarlah ilmu bisa diserap, sebuah masalah bisa dipecahkan dan sebuah gagasan bisa diwujudkan. Oleh karena manusia diciptakan Allah dengan satu mulut dan dua pendengaran yang seharusnya proporsi mendengar harus lebih banyak daripada berbicara. Rata-rata para pemimpin dunia memiliki kemampuan berbicara dan kemampuan mendengar yang baik.

Sebagaimana diungkapkan oleh Benjamin Franklin mengungkapkan :
“Mengingat bahwa dalam pembicaraan pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui telinga daripada melalui mulut. Saya memberikan tempat kedua kepada sikap diam diantara keutamaan yang hendak saya kembangkan ”.(Betgerr, 1995:92)

Sedangkan Frank Betgerr (1996) mengungkapkan bahwa :
“dalam pembicaraan, pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui telinga daripada melalui mulut, saya memberikan tempat kedua kepada sikap diam diatara keutamaan yang hendak saya kembangkan”.

Pengertian Dan Penjelasan Teknik Membaca

TEKNIK  MEMBACA
    Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman
a.    Keterampilan yang bersifat mekanis, mencakup:
    Pengenalan bentuk huruf
    Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
    Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
    Kecepatan membaca bertaraf lambat.
b.    Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:
    Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
    Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
    Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

1.   Jenis-jenis Membaca
Jenis-jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu terbagi atas:
A.    Membaca yang Bersuara
Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup:
1)   Membaca nyaring dan keras
Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku petunjuk guru bahasa Indonesia untuk SMA disebut membacakan. Membacakan berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain.
2)   Membaca Teknik
Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:
a.    Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan gigi.
b.    Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda-tanda baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur.
c.    Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh.
3)   Membaca Indah
Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik membaca sajak dalam apresiasi sastra.
B.   Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati)
Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakup:

1.    Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
2.    Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang akan penulis kaji lebih dalam lagi.
3.    Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
4.    Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
5.    Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok
6.    Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.

2.    Tahap-tahap membaca
A.    Tahap I
Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa percakapan, nyanyian, serangkaian kalimat tindakan ataupun cerita sederhana mengenai hal-hal yang telah dialami.Dalam tahap ini, perlu ada bimbingan untuk mengembangkan atau meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan dilihat pada gambaran cetakan. Selain itu harus benar-benar memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau menggambarkan bunyi-bunyi.
B.    Tahap II
Menyusun kata-kata serta struktur- struktur dari bahasa asing yang telah diketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam. Pada tahap ini perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.
C.    Tahap III
Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa pembaca mengalami sedikit kesulitan bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa. Pada tahap ini pembaca acap kali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan.
D.    Tahap IV
Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan.
E.    Tahap V
Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaan tidak dibatasi.

3.     Tahap perkembangan keterampilan membaca
Berikut ini, dikemukakan sejumlah keterampilan membaca yang dituntut pada setiap kelas di sekolah dasar khususnya pada membaca dalam hati.
a.    Kelas I:
    Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, dan tanpa berbisik
    Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala
b.    Kelas II:
    Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala.
    Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.
c.    Kelas III:
    Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir
    Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalamhati itu
    Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.
d.    Kelas IV:
    Mengerti serta mamahami bahan bacaan pada tingkat dasar
    Kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik.
e.    Kelas V:
    Membaca dalam hati jauh lebih cepat dari pada membaca bersuara
    Membaca dengan pemahaman yang baik
    Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari tangan
     Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu; senang membaca dalam hati.
f.    Kelas VI:
    Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir; tanpa komat-kamit
    Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan
    Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.

Pengertian Dan Penjelasan Kata, Frasa, Klausa dan Diksi

KATA, FRASA, KLAUSA dan DIKSI
1.    Pengertian Kata
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
 
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
a. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
b. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis.
c. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
d. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
e. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda.
f. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
g. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya.
Adapun kata dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:   
1.    Kata Baku
a.  Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
b.  Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertuliss dengan pengukapan gagasan secara cepat.
2.    Kata Tidak Baku
a.    Kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
b.    Dalam bahasa sehari-hari, bahasa tutur.
NO    KATA BAKU    KATA TIDAK BAKU
1.        Aktif                                   Aktip
2.        Ambulans                          Ambulan
3.        Analisa                               Analisis
4.        Anggota                             Anggauta
5.        Antre                                  Antri
6.        Apotek                               Apotik
7.        Atlet                                   Atlit
8.        Berpikir                             Berfikir
9.        Frekuensi                           Frekwensi
10.      Hakikat                              Hakekat


2.    Pengertian Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali dan dewan perwakilan rakyat.
1.    Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas tiga jenis, yaitu:
a.    Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas
    Pewatas belakang, misalnya: Ia bekerja keras sepanjang hari.
    Pewatas depan, misalnya: Mereka dapat mengajukan kredit di BRI.
b.    Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau.
    Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
    Kita pergi atau menunggu ayah.
c.    Farba verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, misalnya:
    Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini menjadi terminal modern.
    Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
    Mata pencaharian orang itu, bertani dan berternak, sekarang telah maju.
2.    Frasa Adjektval
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti: agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.

            agak baik                     harus baik
            akan tenang                 kurang pandai
            amat pandai                 lebih baik
            belum baik                   paling tinggi
            dapat palsu                  selalu rajin

Frasa adjektival mempunyai tiga jenis:
a. Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat benar;
b. Frasa adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, aman sentausa;
c. Frasa adjektival apositif, misalnya:
  Bima tokoh ksatria, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang lemah. Frasa apositif bersifat memberiakan keterangan tambahan Bima tokoh ksatria yang tampan merupakan unsur utama kalimat gagah perkasa merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat berikut ini.
  Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
  Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh universitas.
3.    Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas   sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah buku, seorang teman, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi mewatasi (membatasi), misalnya: buku dua buah, teman seorang, telur beberapa butir.
a.  Frasa nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Minggu, buku dua buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
b.   Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan kewajiban,dunia akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
c.    Frasa nominal apositif
   Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di universitasnya.
   Burung cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
   Ibu Megawati, presiden republik indonesia, berkenan memberikan sambutaqn dalam acara itu.
4.    Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat baik, kata baik merupakan inti dan sangat merupakan pewatas. Frasa adverbial yang termasuk jenis ini:kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dan dengan gelisah. Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
5.    Frasa Pronomial
Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri atas tiga jenis:
a.   Modifikatif, misalnya: kami semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua, dan mereka itu.
b.     Koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta saya dan dia,
c.     Apositif:
    Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang melawan korupsi.
    Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
6.    Frasa Numerialia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu
a.  Modifikasi
    Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
    Orang itu menyumbang pembangunan jalan kampung dua juta rupiah.
b.  Koordinaasi
    Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
    Entah tiga, entah empat kali saya makan obat hari itu.
7.    Frasa Interogativa Koordinatif
Frasa interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
    Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
    Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan penanda predikat.
8.    Frasa Demonstrativa Koordinatif
Frasa ini dibntuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.
    Saya bekerja di sana atau sini sama saja.
    Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
9.    Frasa Proposisional Koordinatif
Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling menerangkan.
    Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
    Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.

3.    Pengertian Klausa
Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpontensi menjadi kalimat. Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat.
Ada tiga hal yang dapat mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S. Sedangkan P unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan unsur internnya.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, contoh: mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang mengaktifkan P, klausa positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang mengaktifkan P, contoh: mahasiswa itu mengerjakan tugas.

4.    Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita.
Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
2. Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.
       Fungsi dari diksi :
1.    Untuk mencegah kesalah pahaman.
2.    Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3.    Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4.    Supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
5.  Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Pengertian Dan Penjelasan Bahasa Ragam Ilmiah

BAHASA RAGAM ILMIAH
Ragam bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah variasi penggunaan bahasa oleh para penutur bahasa itu. Dengan konsep itu, keberadaan bahasa Indonesia resmi (Baku) dalam penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya merupakan salah satu bentuk variasi bahasa dari variasi bahasa Indonesia lainya. Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa bahasa Indonesia resmi digunakan pada tempat atau suasana yang resmi atau hal lain yang menjadi alasan digunakan bahasa resmi tersebut.

Ragam bahasa Indonesia dibedakan Alwi  (1998:3–6) berdasarkan penutur bahasa dan berdasarkan jenis pemakaian bahasa. Ragam bahasa Indonesia bedasarkan penutur diperinci menurut tinjauan  (1) daerah, (2) pendidikan dan (3) sikap penutur. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan jenis pemakaian bahasa diperinci menurut tinjauan (1) bidang/pokok persoalan, (2) sarananya, dan (3) gangguan percampuran. Ragam-ragam bahasa Indonesia dapat dijelaskan berikut ini:

1.    Berdasarkan Daerah Asal Penutur
Ditinjau berdasarkan daerah asal penutur, bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang Indonesia memiliki variasi atau ragam. Ragam-ragam bahasa Indonesia dari sudut daerah penutur ini sering disebut dengan logat.  Dengan demikian akan terdapat beberapa ragam bahasa Indonesia yakni bahasa Indonesia logat Batak, bahasa Indonesia logat Minangkabau, bahasa Indonesia logat Jawa, bahasa Indonesia logat Aceh, bahasa Indonesia logat Sunda, bahasa Indonesia logat Bali, bahasa Indonesia logat Menado, bahasa Indonesia logat Melayu dan sebagainya.

2.    Berdasarkan Pendidikan Penutur
Berdasarkan sudut pandang pendidikan para penuturnya, bahasa Indonesia dibedakan atas beberapa ragam atau variasi. Dari sudut itu, kelihatan bahasa Indonesia memiliki variasi penggunaannya. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang  yang berpendidikan berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tidak berpendidikan.  Oleh karena itu, dapat dibedakan adanya bahasa Indonesia ragam  orang berpendidikan dan bahasa Indonesia ragam orang tidak berpendidikan.

3.    Berdasarkan Sikap Penutur
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan sikap penutur dapat dibedakan atas beberapa macam.  Ragam bahasa menurut sikap penutur penggunaan bahasa Indonesia itu dapat pula disebut dengan langgam atau gaya. Oleh karena itu, bahasa Indonesia yang digunakan para penutur berdasarkan sikapnya dapat dibedakan atas beberapa macam yakni bahasa Indonesia dengan resmi; bahasa Indonesia ragam akrab, bahasa Indonesia ragam santai, dan sebagainya.

4.    Berdasarkan Pokok Persoalan
Bahasa indonesia ditinjau berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan dapat pula dibedakan atas ragam-ragam bahasa Indonesia itu.  Setiap pokok persoalan atau bidang yang dibicarakan telah  memperlihatkan variasi bahasa Indonesia   sesuai dengan bidang itu. Bahasa Indonesia yang  digunakan dalam bidang Militer telah diperlihatkan kekhasannya atau variasi dengan bahasa Indonesia yang dapat digunakan dalam bidang Kedokteran, sebagai misal. Pengungkapan  adanya operasi  dalam bidang Kedokteran  akan berbeda dengan mengungkapan  adanya operasi  dalam bidang Militer. Jadi, ragam bahasa menurut pokok persoalan dibedakan adanya ragam bahasa bidang agama, politik, militer, teknik, kedokteran, seni, dan sebagainya.

5.    Berdasarkan Sarana
Bahasa Indonesia,  dilihat berdasarkan sarananya, dapat dibedakan atas ragam bahasa Indonesia lisan dan ragam bahasa Indonesia tertulis.  Bahasa Indonesia lisan masing-masing memiliki variasi dengan bahasa Indonesia tulis. Bahasa Indonesia tulis tidak lagi persis sama dengan bahasa Indonesia lisan.  Hal itu terjadi karena bahasa Indonesia tulis telah diatur dengan sistem atau aturannya sendiri. Akhirnya, bahasa Indonesia lisan memiliki kekhasan dan bahasa Indonesia tulis juga memiliki kekhasan. Namun,  kadang-kadang perlu dicermati tidak semua bahasa Indonesia yang lisan sebagai ragam lisan karena mungkin yang lisan itu pada hakikatnya adalah bahasa Indonesia ragam tulis yang dilisankan seperti dalam berita radio, pembacaan naskah, pidato menggunakan naskah, dan sebagainya.
Bahasa ragam lisan jelas memiliki perbedaan dengan bahasa ragam  tulis.  Lyons  (1977:69)  mengemukakan secara mendasar perbedaan bahasa ragam lisan dan bahasa ragam tulis terlihat pada ciri  (1) perbedaan tingkat pementingan unsur gramatika, leksikal, prosodi, dan paralingual;  (2) perbedaan perlengkapan unsur; dan (3) adatidaknya sifat kespontanan. Berdasarkan ciri itu akan terlihat perbedaan bahasa ragam lisan dan ragam tulis secara nyata. pada intinya ragam bahasa Indonesia lisan dan ragam bahasa Indonesia tulis dapat dilihat kekhasanya masing-masing dari aspek:  (1)  kosakata yag dimilikinyadan (2) struktur kalimat yang digunakanya.

6.    Berdasarkan Gangguan Percampuran
Bahasa Indonesia berdasarkan Pemakaiannya telah memperlihatkan adanya percampuran dengan bahasa asing dengan yang tidak mengalami percampuran. Hal itu terlihat bila bahasa Indonesia digunakan oleh para penuturnya terutama penutur di tingkat atas. Oleh karena itu, pada dasarnya bahasa Indonesia dapat dibedakanatasa ragam bahasa Indonesia mengalami percampuran dengan ragam bahasa Indonesia yang tidak mengalami percampuran. Untuk menambah khasanah pemikiran tentang ragam bahasa indonesia ada baiknya dikemukakan ragam kreatif bahasa Indonesia menurut Sudaryanto. (1997:50) yakni: (1) bahasa Indonesia ragam jurnalistik; (2) bahsa Indonesia ragam literer;  (3) bahasa Indonesia ragam filosofik;  (4) bahasa Indonesia ragam akademik;  (5) bahasa Indonesia ragam bisnis. Penjelasan keterkaitankeima ragam ituakan dijelaskan berikut ini:
a. Ragam jurnalistik eksis ditengah pengaruh dan mempengaruhi keempat ragam yang lain. Kepolosan merupakan alas utama ragam jurnalistik dengan menggunakan daya lugas mengimformasi fakta.
b. Ragam literer atau ragam sastra dengan alas utama kepekaan mengunakan daya kejut mengimanijasi.
c. Ragam filosofik muncul dengan alas kearifan menggunakan daya tualang  berkontemplasi atau daya renung.
d. Ragam akadimik menggunakan alas kejernihan dengan daya canggih mengbtraksi.
e. Ragam bisnis menggunakan alas keramahan dengan daya jerat menyugesti.

 
Design by http://abasawatawalla01.blogspot.com/ | Bloggerized by Abasawatawalla